Selasa, 26 Februari 2013

Keseimbangan Air Lapang, Curah Hujan Efektif dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perubahan iklim global menyadarkan kepada kita semua betapa faktor iklim sangat penting dipelajari. Data-data yang telah tersedia dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dan akan lebih mempertegas strategi dan alternatif penggunaan pola tanam dan jenis tanaman yang lebih tepat dan spesifik lokasi melalui penyusunan neraca air. Dampaknya adalah dapat diperolehnya produksi tanaman yang baik dan harga yang menguntungkan.

Data iklim yang digunakan dalam neraca air antara lain jumlah curah hujan yang dapat diperoleh pada setiap kantor BPP/UPTD, suhu udara yang umumnya didapat dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika, kadar air tanah pada Kapasitas Lapang dan Titik Layu Permanen yang didapat dari analisis laboratorium.
Tujuan penyusunan makalah ini untuk memberikan pengetahuan dalam mengatasi masalah yang berhubungan dengan pengaturan neraca air dan curah hujan efektif. Neraca air sendiri merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit). Kegunaan mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit dapat mengantisipasi bencana yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk mendayagunakan air sebaik-baiknya. Sedangkan curah hujan efektif merupakan angka yg menunjukkan besar curah hujan (dalam milimeter) setelah dikurangi evaporasi untuk tiap minggu atau bulan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud keseimbangan air lapang?
2.      Apa yang dimaksud curah hujan efektif dan faktor-faktor yang mempengaruhinya?


1.3  Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.3.1        Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan apa yang dimaksud keseimbangan air lapang?
2.      Menjelaskan apa yang dimaksud curah hujan efektif dan faktor-faktor yang mempengaruhinya?
1.3.2        Manfaat Penulisan
1.      Pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud keseimbangan air lapang?
2.      Pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud curah hujan efektif dan faktor-faktor yang mempengaruhinya?




BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keseimbangan Air Lapang
2.1.1 Pengertian Keseimbangan Air Lapang
Keseimbangan air lapangan adalah pernyataan terperinci dari semua kelebihan, kekurangan, dan perubahan kapasitas air yang terjadi di daerah tertentu dalam waktu tertentu. Mengatur keseimbangan air lapangan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan agar air yang tersedia dapat dikelola dengan baik dan lebih efisien. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang keseimbangan air diperlukan untuk mengetahui metode yang cocok untuk meminimalkan kerugian dan memaksimalkan keuntungan.
Keseimbangan air lapang dapat diatur dengan menggunakan neraca air. Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit).
Kegunaan mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit dapat mengantisipasi bencana yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk mendayagunakan air sebaik-baiknya.

2.1.2 Analisis Neraca Air
Konsep neraca air pada dasarnya menunjukkan keseimbangan antara  jumlah air yang masuk ke, yang tersedia di, dan yang keluar dari sistem (sub sistem) tertentu. Secara umum persamaan neraca air dirumuskan dengan    (Sri Harto Br., 2000).
I     =  O ± ΔS     
dengan :
I        = masukan (inflow)
O       = keluaran (outflow)
S        = jumlah semua kandungan air
Yang dimaksud dengan masukan adalah semua air yang masuk ke dalam sistem, sedangkan keluaran adalah semua air yang keluar dari sistem. Perubahan tampungan adalah perbedaan antara jumlah semua kandungan air (dalam berbagai sub sistem) dalam satu unit waktu yang ditinjau, yaitu antara waktu terjadinya masukan dan waktu terjadinya keluaran. Persamaan ini tidak dapat dipisahkan dari konsep dasar yang lainnya (siklus hidrologi) karena pada hakikatnya, masukan ke dalam sub sistem yang ada, adalah keluaran dari sub sistem yang lain dalam siklus tersebut (Sri Harto, 2000).
Manfaat secara umum yang dapat diperoleh dari analisis neraca air antara
lain:
a.     Digunakan sebagai dasar pembuatan bangunan penyimpanan dan pembagi air serta saluran-salurannya. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang defisit air.
b.    Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang surplus air.
c.     Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti tanaman pangan – hortikultura, perkebunan, kehutanan hingga perikanan.

2.2 Curah Hujan Efektif
2.2.1 Pengertian Curah Hujan Efektif
Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Serta alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain Gauge. Curah hujan diukur dalam jumlah harian, bulanan, dan tahunan.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Curah Hujan
Curah hujan yang  jatuh di satu daerah di Indonesia dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut.
1.      Bentuk medan/topografi. Relief daratan Indonesia tidak homogen. Adanya medan yang berbukit-bukit dan bergunung-gunung akan menyebabkan angin yang membawa uap air naik. Makin ke atas suhunya makin turun sehingga terjadi kondensasi dan menimbulkan hujan orografis.
2.      Arah lereng medan. Faktor ini sebenarnya berkaitan dengan faktor bentuk medan. Pada lereng pegunungan yang menghadap ke arah angin banyak terjadi hujan, sebaliknya pada lereng pegunungan yang membelakangi arah angin merupakan daerah bayang-bayang hujan. Itulah sebabnya kota Bandung dan Palu memiliki curah hujan yang sedikit, karena kedua kota tersebut terletak di daerah bayang-bayang hujan.
3.      Arah angin yang sejajar dengan garis pantai. Faktor ini menyebabkan suhu yang konstan sehingga curah hujan sedikit/rendah. Contoh: Pantai Utara Pulau Jawa, Pulau Madura, Pantai Barat Pulau Bali.
4.      Jarak perjalanan angin di atas medan datar. Angin yang berasal dari daerah perairan menuju ke daratan pada umumnya dapat menimbulkan hujan. Jika dataran yang dilewati angin itu lebar, sedangkan sifat permukaannya tidak berubah maka pada kawasan sekitar pantai kemungkinan akan terjadi hujan, tetapi di daerah pedalama tidak tidak terjadi hujan. Kemungkinan hujan akan turun lagi apabila medannya mulai naik. Sebaliknya, jika uap air yang dibawa angin dari daerah perairan belum cukup menimbulkan hujan di kawasan pantai maka di daerah pedalaman kemungkinan akan terjadi hujan. Peristiwa demikian sering terjadi pada kawasan Jakarta, Cibinong, dan Bogor. Pada bulan Januari-Februari hujan turun di Jakarta dan Bogor, sedangkan di Cibinong udara ceras. Sebaliknya, pada bulan April-Mei Jakarta dan Bogor cerah, tetapi di Cibinong terjadi hujan.



BAB 3. KESIMPULAN
            Dari penjelasan sebelumnya, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan, diantaranya yaitu:
1.      Keseimbangan air lapangan adalah pernyataan terperinci dari semua kelebihan, kekurangan, dan perubahan kapasitas air yang terjadi di daerah tertentu dalam waktu tertentu.
2.      Salah satu manfaat mempelajari keseimbangan air dengan neraca analisis yaitu sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir.
3.      Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu.
4.      Faktor-faktor yang mempengaruhi curah hujan antara lain yaitu bentuk medan/topografi, arah lereng medan, arah angin yang sejajar dengan garis pantai, dan jarak perjalanan angin di atas medan datar.


DAFTAR PUSTAKA
Bambang.S(1992),Fisika Tanah dan Air Tanah, Fakultas Pertanian.UNEJ
Michael.A.M(1078),Irrigation Theory and Practice Visikas Publishing House PVT.PDT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar