BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perubahan iklim
global menyadarkan kepada kita semua betapa faktor iklim sangat penting
dipelajari. Data-data yang telah tersedia dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin
dan akan lebih mempertegas strategi dan alternatif penggunaan pola tanam dan
jenis tanaman yang lebih tepat dan spesifik lokasi melalui penyusunan neraca
air. Dampaknya adalah dapat diperolehnya produksi tanaman yang baik dan harga
yang menguntungkan.
Data iklim yang
digunakan dalam neraca air antara lain jumlah curah hujan yang dapat diperoleh
pada setiap kantor BPP/UPTD, suhu udara yang umumnya didapat dari Stasiun
Meteorologi dan Geofisika, kadar air tanah pada Kapasitas Lapang dan Titik Layu
Permanen yang didapat dari analisis laboratorium.
Tujuan penyusunan
makalah ini untuk memberikan pengetahuan dalam mengatasi masalah yang
berhubungan dengan pengaturan neraca air dan curah hujan efektif. Neraca air
sendiri merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu tempat pada periode
tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut kelebihan
(surplus) ataupun kekurangan (defisit). Kegunaan mengetahui kondisi air pada
surplus dan defisit dapat mengantisipasi bencana yang kemungkinan terjadi,
serta dapat pula untuk mendayagunakan air sebaik-baiknya. Sedangkan curah hujan
efektif merupakan angka yg menunjukkan besar curah
hujan (dalam milimeter) setelah dikurangi evaporasi untuk tiap minggu atau
bulan.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud keseimbangan air lapang?
2.
Apa yang
dimaksud curah hujan efektif dan faktor-faktor yang mempengaruhinya?
1.3
Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.3.1
Tujuan Penulisan
1.
Menjelaskan apa
yang dimaksud keseimbangan air lapang?
2.
Menjelaskan apa
yang dimaksud curah hujan efektif dan faktor-faktor yang mempengaruhinya?
1.3.2
Manfaat
Penulisan
1.
Pembaca dapat
mengetahui apa yang dimaksud keseimbangan air lapang?
2.
Pembaca dapat
mengetahui apa yang dimaksud curah hujan efektif dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya?
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keseimbangan Air Lapang
2.1.1 Pengertian
Keseimbangan Air Lapang
Keseimbangan air lapangan adalah pernyataan
terperinci dari semua kelebihan, kekurangan, dan perubahan kapasitas air yang
terjadi di daerah tertentu dalam waktu tertentu. Mengatur keseimbangan air
lapangan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan agar air yang
tersedia dapat dikelola dengan baik dan lebih efisien. Oleh sebab itu,
pengetahuan tentang keseimbangan air diperlukan untuk mengetahui metode yang cocok
untuk meminimalkan kerugian dan memaksimalkan keuntungan.
Keseimbangan
air lapang dapat diatur dengan menggunakan neraca air. Neraca air (water
balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu tempat pada
periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut kelebihan
(surplus) ataupun kekurangan (defisit).
Kegunaan
mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit dapat mengantisipasi bencana
yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk mendayagunakan air
sebaik-baiknya.
2.1.2 Analisis Neraca Air
Konsep neraca air pada dasarnya
menunjukkan keseimbangan antara jumlah air yang masuk ke, yang tersedia
di, dan yang keluar dari sistem (sub sistem) tertentu. Secara umum persamaan
neraca air dirumuskan dengan (Sri
Harto Br., 2000).
I
= O ± ΔS
dengan :
I = masukan (inflow)
O = keluaran (outflow)
S =
jumlah semua kandungan air
Yang dimaksud dengan masukan
adalah semua air yang masuk ke dalam sistem, sedangkan keluaran adalah semua
air yang keluar dari sistem. Perubahan tampungan adalah perbedaan antara jumlah
semua kandungan air (dalam berbagai sub sistem) dalam satu unit waktu yang
ditinjau, yaitu antara waktu terjadinya masukan dan waktu terjadinya keluaran.
Persamaan ini tidak dapat dipisahkan dari konsep dasar yang lainnya (siklus
hidrologi) karena pada hakikatnya, masukan ke dalam sub sistem yang ada, adalah
keluaran dari sub sistem yang lain dalam siklus tersebut (Sri Harto, 2000).
Manfaat
secara umum yang dapat diperoleh dari analisis neraca air antara
lain:
a. Digunakan
sebagai dasar pembuatan bangunan penyimpanan dan pembagi air serta
saluran-salurannya. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat
banyak bulan-bulan yang defisit air.
b. Sebagai
dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir. Hal ini
terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang surplus
air.
c. Sebagai
dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti tanaman
pangan – hortikultura, perkebunan, kehutanan hingga perikanan.
2.2 Curah Hujan Efektif
2.2.1 Pengertian Curah Hujan Efektif
Curah
hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu.
Serta alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain Gauge. Curah hujan
diukur dalam jumlah harian, bulanan, dan tahunan.
2.2.2 Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Curah Hujan
Curah
hujan yang jatuh di satu daerah di
Indonesia dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut.
1. Bentuk medan/topografi.
Relief daratan Indonesia tidak homogen. Adanya medan yang berbukit-bukit dan
bergunung-gunung akan menyebabkan angin yang membawa uap air naik. Makin ke
atas suhunya makin turun sehingga terjadi kondensasi dan menimbulkan hujan
orografis.
2. Arah lereng medan.
Faktor ini sebenarnya berkaitan dengan faktor bentuk medan. Pada lereng
pegunungan yang menghadap ke arah angin banyak terjadi hujan, sebaliknya pada
lereng pegunungan yang membelakangi arah angin merupakan daerah bayang-bayang
hujan. Itulah sebabnya kota Bandung dan Palu memiliki curah hujan yang sedikit,
karena kedua kota tersebut terletak di daerah bayang-bayang hujan.
3. Arah angin yang sejajar dengan garis
pantai. Faktor ini menyebabkan suhu yang konstan sehingga
curah hujan sedikit/rendah. Contoh: Pantai Utara Pulau Jawa, Pulau Madura,
Pantai Barat Pulau Bali.
4. Jarak perjalanan angin di atas medan
datar. Angin yang berasal dari daerah perairan menuju ke
daratan pada umumnya dapat menimbulkan hujan. Jika dataran yang dilewati angin
itu lebar, sedangkan sifat permukaannya tidak berubah maka pada kawasan sekitar
pantai kemungkinan akan terjadi hujan, tetapi di daerah pedalama tidak tidak
terjadi hujan. Kemungkinan hujan akan turun lagi apabila medannya mulai naik.
Sebaliknya, jika uap air yang dibawa angin dari daerah perairan belum cukup
menimbulkan hujan di kawasan pantai maka di daerah pedalaman kemungkinan akan
terjadi hujan. Peristiwa demikian sering terjadi pada kawasan Jakarta,
Cibinong, dan Bogor. Pada bulan Januari-Februari hujan turun di Jakarta dan
Bogor, sedangkan di Cibinong udara ceras. Sebaliknya, pada bulan April-Mei
Jakarta dan Bogor cerah, tetapi di Cibinong terjadi hujan.
BAB 3. KESIMPULAN
Dari penjelasan sebelumnya, ada
beberapa hal yang dapat disimpulkan, diantaranya yaitu:
1. Keseimbangan
air lapangan adalah pernyataan terperinci dari semua kelebihan, kekurangan, dan
perubahan kapasitas air yang terjadi di daerah tertentu dalam waktu tertentu.
2. Salah
satu manfaat mempelajari keseimbangan air dengan neraca analisis yaitu sebagai
dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir.
3. Curah
hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu.
4. Faktor-faktor
yang mempengaruhi curah hujan antara lain yaitu bentuk medan/topografi, arah
lereng medan, arah angin yang sejajar dengan garis pantai, dan jarak perjalanan angin di
atas medan datar.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang.S(1992),Fisika
Tanah dan Air Tanah, Fakultas Pertanian.UNEJ
Michael.A.M(1078),Irrigation
Theory and Practice Visikas Publishing House PVT.PDT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar